Kamis, 24 April 2014

PENILAIAN, ASESMEN, PENGUKURAN DAN TES



 
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai  penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Gabel (1993: 388-390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian (Jacobs & Chase, 1992; Alwasilah, 1996). Jawaban yang diharapkan dalam tes menurut Sudjana dan Ibrahim (2001) dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996).

Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Incommensurability Dalam Kimia



Incommensurability adalah sebuah pemikiran yang mengatakan bahwa perubahan suatu teori tidak dapat menghakimi teori yang lama lebih baik/buruk dari teori yang baru, hal itu hanya cukup dikatakan berbeda.

Contohnya dalam teori asam basa. Dari beberapa macam teori asam basa, mulai dari Arhenius, Bronsted-Lowry maupun Lewis tidak ada teori asam basa yang paling baik dari semuanya. Setiap teori memiliki alasan dan kelebihan tersendiri dalam menjelaskan konsep asam basa dengan bahasanya masing-masing.

The Theory ladennes of data
Doktrin ini berdasar pada asumsi bahwa tidak ada data yang ideal untuk menjadi bahan yang objektif dalam menilai suatu teori. Data dari percobaan seorang saintis akan dipengaruhi oleh latar belakang atau keberpihakannya terhadap salah satu teori tersebut.

Misalnya pertentangan antara saintis yang berpandangan realis dan anti realis. Saintis yang anti realis, akan selalu mencari data mengenai teori empiris yang ternyata memiliki kesalahan di kemudian hari. Tidak akan mungkin seorang yang anti realis memunculkan data yang tidak mendukung pemikiran anti realismenya. Seorang anti realis selalu akan memunculkan data mengenai kesalahan teori tentang flogiston dalam proses pembakaran di setiap analisisnya.


Selasa, 22 April 2014

Sekilas Mengenai Oksigen dan Belerang



Oksigen dan belerang adalah unsur-unsur yang terdapat melimpah di alam, dan  keduanya merupakan unsur bukan logam yang reaktif. Dalam sistem periodik kedua unsur ini ditempatkan dalam golongan VIA, dan untuk mencapai kestabilannya membentuk senyawa dengan meraih dua elektron untuk melengkapi struktur oktetnya. Dengan unsur-unsur logam, oksigen dan belerang membentuk ikatan ionik dengan mengikat 2 elektron membentuk ion-ion divalen O2- (oksida) dan S2- (sulfida). Oleh karena itu kebanyakan logam dalam mineral-mineralnya terdapat sebagai oksidanya dan sulfidanya. Dengan unsur-unsur bukan-logam oksigen dan belerang membentuk senyawa-senyawa kovalen. Umpamanya dengan hidrogen kedua unsur tersebut masing-masing membentuk H2O dan H2S.
Karena kereaktifannya berbagai senyawa oksigen dan senyawa belerang dapat dibentuk. Dalam modul ini hanya akan dibahas beberapa senyawa yang penting saja yang kiranya dapat bermanfaat untuk dipelajari.
Oksigen membentuk senyawa-senyawa lebih ionik dibandingkan dengan senyawa-senyawa yang dibentuk oleh belerang, karena oksigen ukuran atomnya yang sangat kecil dan lebih elektronegatif. Ikatan hidrogen sangat penting untuk senyawa-senyawa oksigen, walaupun ternyata pula bahwa ikatan hidrogen juga terjadi dalam senyawa-senyawa belerang. Belerang memiliki orbital 3d yang masih kosong yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen di mana struktur oktet dilampaui (menyimpang dari struktur oktet). Contohnya pada senyawa SF4 dan SF6, sedangkan oksigen tidak dapat melewati struktur oktet karena tidak memiliki orbital d.
Oksigen memiliki kemampuan kuat untuk membentuk ikatan p yang jauh lebih kuat dibandingkan belerang. Dalam keadaan bebas gas oksigen terdapat sebagai molekul-molekul diskrit, O2, artinya molekul O2 yang satu dengan yang lainnya terpisah (berdiri sendiri). Atom-atom oksigen dapat membentuk ikatan kovalen ganda dua O=O, sedangkan belerang tidak membentuk ikatan ganda seperti pada oksigen. Belerang menunjukkan kecenderungan kuat mengkatenasi membentuk cincin S8, yang berada dalam belerang rombik dan belerang monoklin, yang merupakan dua bentuk alotrop utama belerang.

Tekanan Osmosis

http://www.itrcweb.org/miningwaste-guidance/images/pressure_driven_fig_2_2.jpg
Salah satu alat yang menggunakan prinsip tekanan osmosis

Peristiwa osmotik adalah perpindahan partikel-partikel pelarut melalui membran semipermeabel secara netto dari pelarut ke larutan atau dari larutan konsentrasi rendah (encer) menuju larutan konsentrasi tinggi (pekat). Membran semipermeabel adalah selaput yang dapat dilalui oleh partikel-partikel pelarut tetapi tidak dapat dilalui oleh zat terlarut (menahan zat terlarut).

Beberapa contoh osmotik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari misalnya: ketimun yang ditempatkan dalam cairan garam akan kehilangan airnya akibat osmotik sehingga terjadi pengerutan; wortel menjadi lunak karena kehilangan air akibat menguap, ini dapat dikembalikan dengan merendam wortel tersebut dalam air.
Berikut ini terdapat gambaran sebelum terjadi peristiwa osmotik, ketika berlangsung peristiwa osmotik, dan setelah terjadi tekanan osmotik beserta model mikroskopik yang terjadi di dalamnya.
 
Model Mikroskopik Sebelum Terjadi Peristiwa Osmotik
Larutan Gula
Model Mikroskopik Ketika Berlangsung Peristiwa
Osmotik Larutan Gula
Model Mikroskopik Setelah Berlangsung Peristiwa
Osmotik Larutan Gula

 Seperti yang terlihat pada gambar, percobaan dilakukan dengan menggunakan sebuah gelas kimia yang berisi aquades dan kemudian dimasukkan corong yang telah diisi dengan larutan gula sebanyak x gram serta diberikan membran semipermeabel untuk memisahkan larutan gula dengan air. Membran semipermeabel hanya dapat dilalui oleh molekul air. Jumlah molekul air yang pindah dari larutan gula lebih kecil dibandingkan jumlah molekul air yang pindah ke larutan gula. Oleh karena itu, volume larutan menjadi lebih besar dan konsentrasinya menjadi lebih kecil.

Akibat adanya kenaikan volume larutan, maka ada tekanan yang akan menekan keluar molekul air dari larutan melalui membran. Tekanan pada larutan berbanding lurus dengan tinggi cairan, h. Pada kesetimbangan, molekul air yang ditekan keluar dari larutan sama dengan molekul air yang masuk. Tekanan pada saat kesetimbangan ini dinamakan tekanan osmotik (Ï€), yang diartikan sebagai tekanan yang diperlukan untuk menjaga perpindahan molekul air dari pelarut air menuju larutan.
Harga tekanan osmotik berbeda untuk setiap konsentrasi. Hal ini terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.4 Data Percobaan Tekanan Osmotik Larutan Gula Pada
Berbagai Konsentrasi*

 Pada tahun 1887, J.H. Van’t Hoff menemukan hubungan tekanan osmotik larutan encer sesuai dengan persamaan ideal.
Berdasarkan hasil pengamatan, sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan elektrolit diperoleh hasil yang berbeda. Apabila glukosa (non elektrolit) dilarutkan ke dalam air, maka glukosa akan terurai membentuk molekul-molekul glukosa.
Dengan kata lain, bila satu mol glukosa dilarutkan ke dalam air akan terdapat satu molekul glukosa dalam larutan tersebut.

Berbeda halnya bila satu mol garam dapur (elektrolit) dilarutkan le dalam air. Garam tersebut akan terurai menjadi ion Na+ dan ion Cl –
 Jika satu mol garam dapur dilarutkan ke dalam air akan terdapat satu mol ion Na+ dan satu mol ion Cl- atau terbentuk dua mol ion garam dalam larutan tersebut. Sehingga untuk larutan elektrolit sifat koligatifnya tergantung dari jumlah partikel yang terbentuk. Zat elektrolit dapat terionisasi dalam larutan sehingga menghasilkan jumlah partikel lebih banyak daripada zat nonelektrolit. Dengan demikian, sifat koligatif elektrolit lebih besar bila dibandingkan sifat koligatif nonelektrolit. Perbedaan model mikroskopik antara larutan non-elektrolit dan elektrolit dapat dilihat pada gambar.
Model Mikroskopik Larutan Non-Elektrolit (A) dan Larutan Elektrolit (B)

 Hubungan antara jumlah mol zat yang terlarut dan jumlah mol ionik yang terdapat dalam larutan telah dipelajari oleh Van’t Hoff, hasilnya dinyatakan dengan faktor van’t hoff yang dilambangkan dengan (i). Hubungan harga i dengan persen ionisasi adalah sebagai berikut:
 keterangan:
 i : faktor van’t Hoff
α : derajat ionisasi elektrolit
n : jumlah ion yang dihasilkan
Adanya faktor Van’t Hoff ini, membedakan harga sifat koligatif antara larutan elektrolit dengan nonelektrolit. Perbedaan rumus perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit dengan larutan nonelektrolit dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini.

















Penilaian Portofolio


http://ashleytipton.weebly.com/uploads/5/2/8/1/5281929/7591617.jpg

    Fajar (2004) mengemukakan bahwa portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang artinya dokumen atau surat-surat. Portofolio disini diartikan sebagai suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.
Sedangkan Surapranata (2007) menyebutkan bahwa secara umum penilaian potofolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian yang dipakai oleh seseorang, kelompok, lembaga atau sejenisnya yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan mengevaluasi perkembangan suatu proses dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada intinya, penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Uraian mengenai berbagai macam keunggulan dan kelemahan penilaian portofolio diemukakan oleh Surapranata (2007) sebagai berikut:
-          Keunggulan penilaian portofolio
a.       Perubahan paradigma penilaian
Perubahan paradigma penilaian adalah dengan adanya perubahan membandingkan kedudukan kemampuan peserta didik (berdasarkan grade, persentil, atau skor tes) kepada pengembangan kemampuan peserta didik melalui umpan balik dan refleksi diri. Penilaian portofolio dapat membakukan dan mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan harapan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di kelas. Penilaian portofolio juga dapat menolong peserta didik untuk lebih bertanggung jawab terhadap yang mereka kerjakan di kelas dan meningkatkan peran serta mereka dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian portofolio menyajikan pengertian yang lebih bermakna tentang perubahan perilaku peserta didik. Sebab, penilaian portofolio lebih menekankan pada proses peruibahan kemampuan peserta didik.
b.      Akuntabilitas
Penilaian portofolio seyogyanya menekankan pada akuntabilitas (accountability). Guru sebagai pendidik bertanggung jawab terhadap konstituen yaitu peserta didik, orang tua, sekolah, dan masyarakat. Portofolio adalah salah satu penilaian yang dapat dilaksanakan sebagai perwujudan penilaian yang bertanggung jawab kepada konstituen dimaksud di atas. Proses seleksi evidence, hasil kerja, ataupun dokumen yang telah dikerjakan peserta didik dalam penilaian. Dengan demikian, pertanggung jawaban akan lebih mudah dilakukan dibanding dengan penilaian bentuk lainnya yang terkadang tidak pernah melibatkan peserta didik.
Penilaian portofolio dapat mengatasi kelemahan yang terjadi pada penilaian secara tradisional. Penilaian ini memungkinkan penilaian yang lebih kompleks dibandingkan dengan apa yang dapat dilakukan oleh penilaian secara tradisional.
c.       Peserta didik sebagai individu dan peran aktif peserta didik
Ciri khas penilaian portofolio adalah memungkinkan guru untuk melihat peserta didik sebagai individu, yang masing-masing memiliki karakteristik, kebutuhan dan kelebihan tersendiri. Ciri khas ini merupakan keunggulan dimana penilaian portofolio sangat berguna manakala program evaluasi sangat fleksibel dan lebih menekankan pada tujuan individual. Sebagai contoh misalnya tujuan umum pendidikan adalah meningkatkan kemampuan sosial peserta didik, beberapa peserta didik mungkin memerlukan tindakan yang lebih dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Salah satu kelebihan portofolio adalah memungkinkan peran aktif dalam proses penilaian, dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka. Mengundang peserta didik untuk melihat peningkatan kemampuan mereka sebagai pelajar.
d.      Identifikasi
Penilaian portofolio dapat menolong guru untuk mendokumentasikan kebutuhan dan asset komunitas yang berminat. Penilaian portofolio juga dapat mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pengajaran dan memungkinkan untuk mendokumentasikan “pemikiran” disamping pengembangan program. Idealnya, proses untuk menentukan kriteria untuk portofolio akan mengalir dengan sendirinya dari tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dalam program pembelajaran. Namun demikian, dalam program pembelajaran yang tujuan pembelajarannya tidak secara jelas dinyatakan, pengembang program pengajaran mungkin dapat mengklarifikasi tentang tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai, dan hasil kerja peserta didik yang bagaimana yang bisa diterima sebagai bahan portofolio. Dengan demikian, kriteria portofolio akan berpengaruh terhadap penentuan tujuan pembelajaran (indikator pencapaian hasil belajar).
e.      Keterlibatan orang tua dan Masyarakat
Salah satu kelebihan penilaian portofolo adalah sebagai alat komunikasi dengan adanya keterlibatan pihak luar seperti guru, orang tua, komite sekolah dan masyarakat luas. Penilaian portofolio melibatkan orang tua dan masyarakat untuk berperan serta dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan konteks kurikulum dibandingkan dengan hanya melihat angka-angka tes yang selama ini dihasilkan. Penilaian portofolio lebih bermakna dibandingkan dengan bentuk penilaian lainnya mengingat adanya keterlibatan orang tua, komite sekolah dan masyarakat luas.
f.        Penilaian diri
Salah satu kelebihan penilaian portofolio adalah pengukuran dilakukan berdasarkan evidence peserta didik yang asli. Portofolio memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri sendiri (self evaluation), refleksi dan pemikiran yang kritis (critical thinking).
g.       Penilaian yang fleksibel
Penilaian portofolio memungkinkan pengukuran yang fleksibel yang bergantung kepada indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.
h.      Tanggung Jawab Bersama
Penilaian portofolio memungkinkan guru dan peserta didik secara bersama-sama bertanggung jawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
i.         Keadilan
Portofolio adalah salah satu alat penilaian yang ideal untuk kelas yang heterogen, yang sangat terbuka bagi guru untuk menggambarkan kelebihan dan kekurangan peserta didik dan memantau perkembangan mereka. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih dapat dengan mudah menunjukkan kemampuan mereka sedangkan peserta didik yang memiliki kelemahan dapat ditolong untuk meningkatkan kemampuan mereka dan menunjukkan usaha mereka sesegera mungkin.
j.        Kriteria Penilaian
Dalam penilaian portofolio peserta didik diberikan penghargaan (kredit) atas usaha mereka. Salah satu kekuatan penilaian portofolio adalah memungkinkan hadiah bagi usaha dan perkembangan kemampuan mereka, dimana tes tradisional tidak dapat dilakukan. Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa peserta didik yang sudah berusaha keras, berpenampilan kurang baik, lalu memperoleh nilai yang bagus, dimana usaha mereka merupakan satu-satunya kriteria penilaian. Hasil pekerjaan peserta didik akan dinilai semata-mata berdasarkan kriteria yang relevan dengan penampilan mereka (misalnya dengan skala rating = rating scale). Peserta didik yang kurang akan tetap memperoleh penghargaan, sedangkan pencapaian keberhasilan yang optimal menjadi tujuan dari penilaian portofolio ini.
Ketika tes sangat berbeda dari aktivitas yang berlangsung di kelas,dan mungkin sangat efektif untuk kemampuan berbahasa, penilaian portofolio dapat menolong guru untuk menilai kemampuan peserta didik dalam kondisi yang normal. Dalam hal ini cara guru mengajar guru tetaplah seperti biasa sekalipun penilaian portofolio dilaksanakan di kelas. Yang perlu guru perhatikan adalah tetap melakukan proses pembelajaran sesuai kemampuan peserta didik.
Guru dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik mulai dari draft pertama sampai ke hasil akhir. Terlebih lagi, setiap peserta didik dapat menunjukkan hasil pekerjaan mereka dalam kartu komentar, halaman muka dan berbagai macam bentuk yang telah disediakan. Perubahan kemampuan dan pekerjaan peserta didik dapat dilihat dari waktu ke waktu.
http://eandt.theiet.org/magazine/2012/02/images/640_asleep-desk.jpg
 
-          Kelemahan
a.       Waktu Ekstra
Penilaian portofolio memerlukan kerja ekstra dibandingkan dengan penilaian lain yang biasa guru lakukan. Tetapi untuk guru yang menggunakan penilaian portofolio akan sangat dihargai dan terutama akan dikenang baik oleh peserta didik. Sebab, melalui penilaian portofolio peserta didik dapat meningkatkan motivasi, partisipasi aktif dalam proses pembelajaran, bahkan meningkatkan kemampuan mereka. Hal yang menarik dalam portofolio terletak bukan pada banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan terutama dalam mengatur evidence peserta didik, tetapi keterlibatan peserta didik dalam proses penilaian akan lebih menggairahkan proses pembelajaran. Penilaian portofolio yang efektif memerlukan perencanaan dan menjaga baik-baik catatan tentang peserta didik. Hal semacam ini akan sangat cepat menjadi kebiasaan ketika guru sering menggunakan penilaian portofolio.
Hal yang penting dalam penilaian portofolio adalah adanya pertemuan antar guru dengan peserta didik yang dilakukan secara rutin. Pertemuan semacam ini akan sulit dilakukan jika guru melakukannnya secara frontal, tetapi akan sangat mungkin apabila dilakukan sering dan menjadi kebiasaan diskusi dengan peserta didik secara individu maupun kelompok. Tahapan ini sangat penting untuk mengembangkan dan menilai kemampuan peserta didik,tetapi haruslah dilakukan dengan hati-hati khususnya dalam pemberian nilai kepada peserta didik dan harus dilakukan sesegera mungkin.
b.      Reliabilitas
Penilaian portofolio nampak agak kurang reliabel dan kurang fair dibandingkan dengan penilaian lain yang menggunakan angka seperti ulanagan harian, ulangan umum maupun ujian akhir nasional yang menggunakan tes. Dengan demikian tidak diragukan lagi memang penilaian portofolio dianggap kurang reliabel dibandingkan dengan penilaian bentuk lainnya. Penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik (self assesment) maupun oleh kelompok peserta didik agak kurang reliabel. Oleh karena itu, latihan penilaian yang dilakukan oleh peserta didik maupun kelompok peserta didik sangat diperlukan. Dengan adanya latihan yang terus menerus,  terutama lagi apabila kriteria yang disajikan sangat jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik, maka penilaian yang reliable akan diperoleh, dan peserta didik akan terlatih bagaimana menjadi penilai untuk pekerjaannya sendiri. Salah satu keuntungan yang diperoleh dalam penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik adalah peserta didik memahami dengan sendirinya kemampuan yang mereka miliki. Dengan demikian diharapkan mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka. Hal ini sangat penting untuk melatih kemampuan peserta didik, tetapi harus hati-hati jangan sampai memberi nilai kepada peserta didik terlalu dini.
c.       Pencapaian Akhir
Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti proses penilaian portofolio tidak mendapat perhatian sewajarnya. Dengan demikian, peserta didikpun akan hanya berorientasi pada pencapaian akhir semata, dengan kecenderungan melakukan berbagai upaya dan strategi, dan bahkan mungkin dengan menghalalkan segala cara. Dengan demikian, penggunaan penilaian portofolio dalam hal ini tidak dapat mengubah sikap dan perilaku peserta didik, yang sebenarnya diharapkan dapat terjadi dengan menjalani dan mengalami proses pembelajarannya.
d.      Top-Down
Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan top-down, yaitu guru menganggap segala tahu dan peserta didik selalu dianggap sebagai objek yang harus dididik dan diberi tahu. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi satu arah yaitu peserta didik sebagai obyek yang diberi pengajaran sedangkan guru adalah subyek yang memberi pelajaran (pendidikan). Apabila kondisi ini terwujud, maka inovasi dan kreatifitas peserta didik yang menjadi ciri khas penilaian portofolio akan hilang. Pada akhirnya peserta didik hanya akan menjadi manusia penurut dan mengikuti perintah. Suasana pembelajaran akan tidak bergairah. Segala sesuatu yang berlangsung dalam kelas akan sangat bergantung kepada guru. Pada akhirnya, pendidikan hanya akan menghasilkan manusia-manusia pasif, yang tidak memiliki inovasi dan kreatifitas.
e.      Skeptisme
Masyarakat, khususnya orang tua peserta didik selama ini hanya mengenal keberhasilan anaknya hanya pada angka-angka tes akhir (test scores), peringkat dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Sebaliknya, portofolio pada hakekatnya tidak mengenal angka-angka dimaksud. Bahkan dalam penilaian portofolio umumnya penggunaan angka sebagai hasil penilaian agak dihindari. Akibatnya, orang tua terkadang bersikap skeptis dan lebih percaya pada tes selain penilaian portofolio. Orang tua maupun peserta didik dan masyarakat pada umumnya masih agak susah menerima kenyataan bahwa peserta didik tidak menerima angka sebagai laporan hasil penilaian.
f.        Hal yang Baru
Penilaian portofolio adalah sesuatu yang baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu bukan tidak mungkin kebanyakan guru atau bahkan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) belum mengenal penelitian portofolio. Mereka lebih mengenal bentuk penilaian yang biasa dilakukan.
g.       Kriteria Penilaian dan Analisis
Kelemahan utama dalam penilaian portofolio tidak tersedianya kriteria penilaian. Ketika guru selesai menentukan tujuan portofolio dan isi portofolio yang akan digunakan dalam penilaian, maka guru harus membuat langsung kriteria penilaiannya. Kegiatan ini nampak sebagai pekerjaan ekstra yang harus dilakukan oleh guru. Dalam pengertian guru harus mengembangkan sendiri kriteria penilaiannya. Hal ini terkadang akan menjadi beban bagi guru selain kriteria penilaian yang dikembangkan terkadang tidak fair bagi semua peserta didik. Karena penggunaan angka dalam penilaian portofolio agak dihindari, analisis terhadap penilaian portofolio menjadi agak sulit dilakukan.
h.      Penerapan di Sekolah
Penilaian portofolio terkadang sulit untuk diterapkan di sekolah yang lebih mengenal perbandingan peserta didik melalui skor tes, peringkat dan yang lebih sering menggunakan tes yang sudah baku seperti ulangan umum bersama atau ujian akhir nasional.
i.         Format Penilaian yang Lengkap dan Detail
Penyediaan format yang digunakan secara lengkap dan detail, dapat juga menjebak. Peserta didik akan terjerumus dalam suasana yang kaku, yang pada akibatnya juga akan mematikan inisiatif dan kreatifitas.
j.        Tempat Penyimpanan 
      Penilaian portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence yang memadai, apalagi bila jumlah peserta didik cukup besar. Oleh karena itu, guru perlu mewaspadai beberapa hambatan tersebut. Apabila kondisi ini dapat diwaspadai dan dihindari, maka penggunaan penilaian portofolio akan bermanfaat sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, sebagiamana yang diharapkan.

Pustaka


Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto, S., & Abdul Jabar, C. S. (2007). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fajar, A. (2004). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Herliani, E., & Indrwati. (2009). Penilaian Hasil Belajar Untuk Guru SMP. Jakarta: PPPPTK IPA.
Purwanto, M. N. (2009). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: KENCANA.
Sudjana, N. (2008). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Surapranata, S., & Hatta, M. (2007). Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.