Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh
melalui kerja ilmiah, sehingga dalam mempelajari ilmu kimia ada dua hal yang
harus dipelajari, yaitu aspek produk
(fakta, konsep, prinsip, teori, hukum) dan aspek empiris. Aspek empiris
dalam pembelajaran di sekolah dilakukan dengan pelaksanaan praktikum.
Namun demikian
tidak semua madrasah memiliki laboratorium yang memadai, sehingga
tidak semua konsep kimia yang diajarkan diikuti praktikum di laboratorium. Ketiadaan alat
dan bahan kimia sering menjadi kendala tidak dilakukannya praktikum, meskipun
guru pengampu memiliki petunjuk praktikumnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
kreativitas guru kimia dalam mencari alternatif bahan dan alat lain yang dapat
digunakan agar praktikum tetap dapat dilaksanakan.
Alternatif
pelaksanaan praktikum yang dapat dilakukan, yaitu pengembangan praktikum dengan
menggunakan dry lab atau lebih dikenal dengan laboratorium virtual. Dewasa ini
madrasah cenderung untuk lebih memprioritaskan keberadaan dan kelengkapan
laboratorium komputer dibandingkan laboratorium sains. Akan tetapi seiring
dengan diintegrasikannya mata pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) ke
dalam semua mata pelajaran dan tidak lagi berdiri sendiri, maka penggunaan
laboratorium dpat dipandang sebagai salah satu bentuk pengintegrasian teknologi
informasi pada mata pelajaran kimia. Bentuk pengintegrasian ini tidak hanya
dalam bentuk pembelajaran secara teoretis tapi juga pembelajaran empiris dengan
melakukan praktikum yang disimulasikan oleh program komputer. Penggunaan dry lab ini bisa dilakukan di dalam
laboratorium komputer, dimana guru membimbing langkah-langkah praktikum dari software dry lab yang ada
kemudian diikuti oleh siswa.
Laboratorium virtual adalah laboratorium
komputasi yang dirancang agar siswa mampu melakukan praktikum walau tidak
secara langsung. Penggunaan ini dimaksudkan untuk meminimalisir kesalahan dalam
laboratorium dalam hal penggunaan bahan kimia yang berasal dari hasil praktikum
maupun penelitian. Hal ini juga mampu menghemat bahan ketika praktikum dengan
meminimalisir percobaan yang dilakukan. Hal ini berdasarkan fakta bahwa salah
satu penyumbang limbah laboratorium terbesar adalah sekolah-sekolah tingkat
menengah.
Laboratorium virtual merupakan salah satu
learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar
seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas eksperimen seperti halnya mereka melakukan eksperimen
di laboratorium
sebenarnya. Ada 2 komponen penting dalam Laboratorium virtual, yaitu: simulasi dan
animasi. Simulasi bertujuan menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem.
Melalui simulasi peserta dapat melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai
parameter-parameter, sehingga menimbulkan perilaku berbeda terhadap percobaan
yang dilakukan. Perilaku-perilaku berbeda tersebut kemudian ditampilkan melalui
animasi. Hasil-hasil percobaan juga secara otomatis dapat direkam oleh sistem
dan pada akhirnya dapat diambil sebagai pelaporan.
Kemampuan
sumber daya guru dalam membuat laboratorium virtual belum terlalu banyak,
sehingga bisa saja memanfaatkan keberadaan laboratorium virtual yang bisa
diakses secara online. Hal ini dapat
terjadi bila sekolah tersebut memiliki jumlah komputer yang memadai dan koneksi
internet yang memiliki bandwith yang
besar. Selain itu, faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan guru
dalam mengoperasikan bahan ajar yang ada, membimbing, dan mengarahkan siswa
sangat diperlukan sehingga pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual
bisa berjalan dengan baik.
Pemanfaatan
simulasi laboratorium interaktif ini juga ditujukan sebagai alternatif
pemecahan masalah-masalah dalam pelaksanaan praktikum konvensional yang sering
dihadapi oleh guru, siswa dan lingkungan sekolah. Kelebihan simulasi
laboratorium virtual interaktif sebagai alternatif praktikum kimia, dapat
dilihat dari kemampuannya untuk mengatasi kendala-kendala pelaksanaan praktikum
yang ada, yaitu kendala tempat, kendala biaya, dan kendala operator (laboran
dan teknisi). Selain itu, simulasi laboratorium virtual interaktif memiliki
kemampuan untuk membuat pembelajaran menjadi menarik dan memotivasi siswa untuk
menyenangi pembelajaran yang dilaksanakan. Dengan adanya penggunaan animasi dan
simulasi dalam courseware tersebut, kegiatan pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan variasi aktivitas dan tidak monoton dalam penyajiannya.
Disamping itu, literasi terhadap penggunaan dan pemanfaatan komputer dalam
pembelajaran semakin meluas, utamanya di kalangan siswa dan guru, sehingga
terciptanya korelasi antar ilmu pengetahuan dengan teknologi secara sinergi dan
terarah secara positif.
Ada tiga
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan laboratorium virtual dalam
pembelajaran kimia, antara lain 1) Laboratorium virtual menjamin ketercapaian green chemistry; 2) Laboratorium virtual
dapat mengakomodasi tiga level representasi kimia, yaitu level makroskopik,
level mikroskopik dan level simbolik; 3) Laboratorium virtual dapat
meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan generik sains dan keterampilan
berpikir kritis.
Meski
memiliki kelebihan simulasi laboratorium interaktif ini juga tetap memiliki
kekurangan yang masih perlu dicarikan solusi pemecahan masalahnya, yaitu adanya
keterbatasan kemampuan komputer dalam hal mengatasi permasalahan yang dihadapi
oleh siswa secara individual dalam proses pembelajaran. Hal lainnya, program
komputer tidak dapat menjangkau aspek psikomotorik dari ranah pembelajaran
sehingga penguasaan keterampilan praktis siswa perlu diarahkan tersendiri selama
pembelajaran berlangsung. Namun demikian, jika mencermati dari esensi praktikum
kimia secara garis besar sebenarnya representasi praktikum melalui simulasi
laboratorium interaktif ini, telah cukup terwakili. Hal ini dikarenakan oleh
adanya beberapa keterampilan pragmatis seperti keterampilan mengamati dan
menganalisis data yang merupakan salah satu bagian terpenting yang dapat
diperoleh dari simulasi laboratorium interaktif tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar